A.
Aplikasi statistik dalam bidang IT
Statistika adalah ilmu yang mempelajari bagaimana
merencanakan, mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi, dan
mempresentasikan data. Singkatnya, statistika adalah ilmu yang berkenaan dengan
data. Statistika banyak diterapkan dalam berbagai
disiplin ilmu, baik ilmu-ilmu alam (misalnya astronomi dan biologi maupun
ilmu-ilmu sosial (termasuk sosiologi dan psikologi), maupun di bidang bisnis,
ekonomi, dan industri). Statistika juga digunakan dalam pemerintahan untuk
berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang paling
dikenal. Statistika juga digunakan dalam pemerintahan
untuk berbagai macam tujuan; sensus penduduk merupakan salah satu prosedur yang
paling dikenal. Aplikasi statistika lainnya yang sekarang popular adalah
prosedur jajak pendapat atau polling (misalnya dilakukan sebelum pemilihan
umum), serta jajak cepat (perhitungan cepat hasil pemilu) atau quick count. Salah satu aplikasinya adalah pengenalan suara,
klasifikasi teks dokumen dalam kategori (contoh. surat-E spam/bukan-spam),
pengenalan tulisan tangan, pengenalan kode pos secara otomatis pada sampul
surat, atau sistem pengenalan wajah manusia. Aplikasi ini kebanyakan
menggunakan analisis citra bagi pengenalan pola yang berkenaan dengan citra
digital sebagai input ke dalam sistem pengenalan pola. Di bidang komputasi, statistika dapat pula
diterapkan dalam pengenalan pola maupun kecerdasan buatan.
B.
Membuat contoh kasus untuk teknik
pengambilan sample
1. Pengambilan sampel acak
Contoh :
Dari
populasi 1000 polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya akan diambil 100
polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya sebagai sampel. Tanpa
mempertimbangkan seorang polisi berpangkat Bintara di Polda Metrojaya itu, ia
memiliki kesempatan yang sama dengan 999 polisi berpangkat Bintara lainnya.
Cara pengambilannya sangat sederhana, yaitu dimulai dengan memberikan nomor
urut kepada setiap Bintara. Dari nomor 1 sampai dengan nomor 1000. Setelah itu
dengan menggunakan tabel bilangan acak atau dengan teknik acak yang lain.
Diambil sebanyak 100 Bintara untuk menjadi anggota sampel dengan cara sebagai
berikut.
Tetapkan
salah satu halaman secara acak.
(1) Jatuhkan ujung pensil secara acak di halaman
tersebut. Amati angka terdekat dengan jatuhnya ujung pensil, jika angka
terdekat adalah 4, maka halaman yang pertama digunakan adalah halaman 4. Jika
ternyata tabel itu hanya 3 halaman, kurangi angka 4 dengan 3 dan diperoleh
hasil 1; ini artinya pengambilan sampel dimulai dari halaman 1.
(2) Jatuhkan ujung pensil untuk yang kedua, untuk
menetapkan baris dan kolom berapa nomor sampel diambil dari tabel halaman 1.
Sebelah kanan ujung pensil untuk menetapkan baris ke- dan sebelah kiri ujung
pensil untuk menetapkan kolom ke-. Misalkan ujung pensil jatuh di antara 35 dan
11.
(3) Dengan
hasil langkah ketiga itu, nomor sampel diambil dari kolom 35 dan baris 11 pada
tabel halaman 1. Dengan petunjuk itu maka didapat deretan bilangan 37053. Mulai
dari kelompok angka ini digunakan 3 angka saja, berjalan ke atas dan ke bawah
sampai kebutuhan-kebutuhan jumlah 100 terpenuhi.
(4) Dengan cara ini nomor sampel yang terambil
adalah 775, 476, 793, 889, 688, 348, 126, 633, 110, 738 dan
seterusnya sampai diperoleh 100 nomor.
Jika menggunakan tabel yang lengkap,
angka nomor sampel dapat dilanjutkan ke deretan di bawahnya. Apabila tabel
bilangan acak hanya termuat pada satu halaman, maka langkah ke (2) tidak
diperlukan.
Dalam hal ini, jika banyaknya
anggota populasi kurang dari 1000, katakan 650, maka nomor bilangan yang lebih
dari 650 dan terambil, nomor itu dikurangi dengan 350; jadi untuk angka 995
akan menjadi 645. Cara ini dapat ditinggalkan apabila tabel bilangan acak
terdiri dari beberapa halaman dan memungkinkan mendapat nomor di bawah 650 yang
mencukupi kebutuhan dengan meninggalkan angka di atas 650.
2. Pengambilan sampel sistematik
Contoh :
Jumlah
unit dalam populasi sebesar 200 unit, dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 40 unit. Berarti k = 200/40 = 5. Unsur pertama dapat dipilih secara random
dari nomor urut 1 - 5. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor urut 3,
unit-unit sampel berikutnya adalah (3 + 5) = 8, (3 + 10) = 13, (3 + 15) = 18,
(3 + 20) = 23, dan seterusnya, sehingga diperoleh unit sampel sebanyak 40 unit.
3.
Pengambilan sampel strata
Contoh
:
Misalnya, kita ingin meneliti gaya
penutur bahasa di Sulawesi Selatan. Populasinya adalah semua orang di Sulawesi
Selatan yang sudah lancar berbicara. Jelas bahwa populasi tidak homogen, karena
di Sulawesi Selatan terdapat lima jenis bahasa dengan gaya penuturan yang berbeda-beda. Untuk itu, populasi dibagi-bagi menjadi lima
sub-populasi, yaitu sub-populasi
Bugis, sub-populasi Makassar, sub-populasi Mandar, sub-populasi Tator, dan sub-populasi Makassar (campuran).
Kemudian ditetapkan ukuran
sampel untuk masing-masing sub-populasi, boleh proporsional
boleh juga tidak. Jika tidak proporsional, misalnya dapat diambil 100 orang untuk setiap sub-populasi, sehingga diperoleh
500 orang yang akan menjadi
sampel penelitian. Pengambilan 100 orang dari setiap sub-populasi tersebut dilakukan secara random.
4.
Pengambilan Sampel Random Gugus
Sederhana
Contoh :
Misalnya
populasi penelitian kita adalah warga masyarakat di Kabupaten A, tetapi daftar
dari warga masyarakat tersebut sulit diperoleh. Dalarn kasus ini, warga masyarakat
di Kabupaten A dikelompokkan ke dalam Kelurahan, kemudian dipilih secara random
3 Kelurahan untuk menjadi sampel penelitian. Jadi sampel yang diselidiki adalah
semua warga masyarakat yang berada pada tiga Kelurahan sampel tersebut.
5. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
Contoh
:
Misalnya jika kita
mempunyai populasi warga masyarakat di Sulawesi Selatan, populasi tersebut
dapat dibagi kedalam kabupaten-kabupaten sebagai gugus tingkat pertama,
Kecamatan-kecamatan sebagai gugus- gugus tingkat kedua, dan desa-desa sebagai
gugus tingkat ketiga.
Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.
(1) Dipilih lima
Kabupaten secara random dari 23 Kabupaten di Sulawesi Selatan.
(2) Dari
masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan secara random,
sehingga diperoleh 15 Kecamatan sampel.
(3) Dari
masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara random dua desa, sehingga
diperoleh 30 desa sampel.
(4) Semua warga
masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut akan diselidiki sebagai
sampel penelitian.
6.
Pengambilan sampel non acak
Contoh
:
Peneliti
akan mengadakan penelitian tentang minat belajar siswa-siswa SLTP di seluruh
Indonesia. Dengan mempertimbangkan tersedianya tenaga peneliti, waktu dan dana
maka tidak mungkin mengambil seluruh propinsi yang ada. Maka diambil DIY,
Medan, Malang, Bandung dan Menado yang diperkirakan merupakan tempat-tempat
yang banyak sekolahnya sehingga memilih cukup banyak pelajar. Disamping itu
juga mengambil beberapa daerah yang sekolahnya sedikit sebagai imbangan.
C. Sebutkan 5 hal yang merupakan data nominal, ordinal
dan rasio
1. Data Nominal
Data
nominal adalah tingkatan data paling rendah menurut tingkat pengukurannya. Data
nominal ini pada satu individu tidak mempunyai variasi sama sekali, jadi 1
individu hanya punya 1 bentuk data. Contoh data nominal diantaranya yaitu:
jenis kelamin, tempat tinggal, tahun lahir, golongan darah, status.
·
Jenis Kelamin : (1) Putra
(2) Putri
·
Status Pernikahan : (1) Belum Menikah
(2)
Menikah
(3)
Janda/Duda
·
Saudara : (1) Laki – laki
(2)
Perempuan
·
Olah Raga : (1) Sepak bola
(2) Bulu tangkis
(3) Voli
·
Fakultas : (1) F.Mipa
(2) F.Ekonomi
(3) F.Hukum
2.
Data Ordinal
Data
ordinal pada dasarnya adalah hasil dari kuantifikasi data kualitatif. Contoh
dari data ordinal yaitu :
·
Ranking : Satu(1)
Dua(2)
Tiga(3)
·
Tingkat Pendidikan : (1) TK
(2) SD
(3) SMP
(4) SMA/SMK
(5) DIPLOMA
·
Tercepat : (1) 15 second
(2) 16
second
(3) 17
second
·
Topskor : (1) 34 goal
(2) 30 goal
(3) 27 goal
·
Tertinggi : (1) 190 cm
(2) 180 cm
(3) 175 cm
3.
Data Rasio
Data
rasio adalah tingkatan data yang paling tinggi. Data rasio memiliki jarak antar
nilai yang pasti dan memiliki nilai nol mutlak yang tidak dimiliki oleh
jenis-jenis data lainnya. Contoh dari data rasio diantaranya: berat badan,
panjang benda, jumlah satuan benda.
·
Skala Peta : 1 :10.000, perbandingan berarti dalam
tiap 1cm mewakili 1km
· Gaji : misal : A:10.000
1:3
B:30.000
· Jarak : Kota A : 30 km
3:2
Kota B : 20 km
· Tinggi : A : 200 cm
4:3
B : 150 cm
· Umur : A : 80 th
8:2
B : 20 th
0 Bacotan:
Posting Komentar