Makam Ki Ageng Balak

Makam Ki Ageng Balak
Kalau ingin perutmu kenyang, pakaianmu utuh dan rumahmu baik...maka...rawatlah aku !!! dan sebutlah aku "Ki Ageng Balak". Setiap malam Jum'at Kliwon banyak dikunjungi oleh para peziarah dan hari Minggu terakhir bulan Syura, diselenggarakan upacara ritual Pulung Langse, yaitu mengganti langse lama dengan yang baru. Langse lama diperebutkan oleh para peziarah karena diyakini dapat memberi tuah. Lokasi di Dusun Mertan, Bendosari. Berikut berita mengenai Makam Ki Ageng Balak dan Upacara Ritual Pulung Langse yang dikutip dari Radar Solo [ Senin, 26 Januari 2009 ] :
Masyarakat Desa Mertan, Kecamatan Bendosari Minggu kemarin melaksanakan upacara adat Pulung Langse. Ritual mengganti kain kelambu penutup makam Ki Ageng Balak dibanjiri oleh masyarakat dari berbagai kota. Upacara yang dilasanakan setiap minggu terakhir bulan suro tersebut mengundang 'magis' bagi masyarakat yang datang. Mereka percaya, bagi siapa saja yang bisa mendapatkan kain bekas kelambu Ki Ageng Balak makan hidupnya akan diberkahi Tuhan Yang Maha Esa. Proses pencucian kelambu ini dilaksanakan rame-rame oleh masyarakat dan kemudian dipotong kecil-kecil. Kain kelambu ini yang diperebutkan masyarakat.
Makam Ki Ageng Balak Makam Ki Ageng Balak
Makam Ki Ageng Balak Makam Ki Ageng Balak

Puncak upacara sendiri dilaksanakan pukul 10.00 yakni ditandai dengan sesaji yang diarak keliling pagar makam Ki Ageng Balak. Sebelumnya, proses ritual dimulai dengan datangnya juru kunci bersama beberapa putri kecil. Para putri kecil ini nantinya akan membawa sesaji keliling pagar makam Ki Ageng Balak. Usai masuk ke kompleks makam, selanjutnya digelar doa bersama. Masyarakat yang semula berada di luar pagar atau di pendopo langsung bergegas masuk. Mereka ramai-ramai berdoa. Selesai berdoa sesaji yang terdiri dari nasi ingung, ketan, jajan pasar dan buah-buahan selanjutnya diarak keliling pagar makam Ki Ageng balak.

Namun belum selesai diarak keliling pagar, masyarakat yang sudah tidak sabar langsung berebut sesaji. Bahkan mereka rela berdesak-desakan hanya untuk mendapatkan nasi ingkung atau sayur dalam sesaji tersebut. Sementara yang tidak kebagian sesaji itu, rela menjumputi satu per satu nasi tumpeng tadi. Mereka sambil memasukkan nasi ke dalam tas plastik. "Saya hanya ingin mendapatkan berkahnya. Soalnya dengan mendapatkan nasi ini maka rejeki akan mudah," papar warga setempat Sutrisno kepada koran ini.

Sutrisno dengan sabar 'menjumputi' nasi di sela-sela batu kompleks makam Ki Ageng Balak. Rencananya nasi itu akan ditanam di pekarangan rumah. Sutrisno percaya dengan ditanamkannya nasi tersebut akan berkah dan rejeki mengalir.
Makam Ki Ageng Balak Makam Ki Ageng Balak

Hal senada juga diungkapkan oleh Prapto. Warga Kartasura ini juga pengunjung yang rela mengkais nasi tumpang di sela-sela batu. Prapto percaya dengan merebut nasi tumpeng hidupnya akan menjadi berkah. "Saya taruh di rumah biar rejekinya banyak," imbuhnya.

Sementara Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda, Olahraga dan Kebudayaan, Wahyudi mengatakan rangkaian pelaksanaan ritual ini sudah dimulai Kamis kemarin. Yakni dengan menggelar ritual wayang kulit tiga malam berturut-turut. Dari sisi historis, Wahyudi mengatakan Ki Ageng Balak adalah sosok yang bisa menjadi teladan. "Karena keluruhan budi KI Ageng Balak bisa menjadi teladan atau contoh. Ini wujud kearifan lokal yang ada di Desa Mertan, Kecamatan Bendosari," imbuhnya.

0 Bacotan: